Tentang membaca Al Quran

Belajar membaca al-quran merupakan keharusan bagi ummat islam. Karena kitab suci umat islam ini tidak ditulis dalam bahasa arab. Walaupun memang diterjemahkan ke dalam macam-macam bahasa tetapi tidak merubah isi al-qur’an satu hurufpun. Itulah uniknya. Ngomong-ngomong masalah membaca al qur’an, dibutuhkan waktu tersendiri untuk belajar membaca alqur’an dengan benar sesuai kaidah membaca dalam bahasa arab. Karena di dalam al-qur’an ada huruf yang harus dibaca panjang dan ada huruf yang harus dibaca pendek. Semua harus dibaca sesuai haknya masing-masing. Begitu pentingnya membaca al-qur’an, sampai-sampai waktu saya kecil, para orang tua sangat ketat dalam mengawasi anaknya agar senantiasa belajar membaca al-quran. Ada yang mempercayakan kepada guru ngaji di TPQ yang waktu itu berupa surau atau langgar ataupun mengajarkanya sendiri di rumah. Karena memang bukan hal yang mudah dalam belajar membaca huruf arab, para pengajar kadang memasang peraturan yang ketat dalam pembelajaran. Saya saja selalu mewek ketika belajar membaca al-quran. Walaupun tidak ada pukulan tidak ada cambukan, tapi tetap saja suasana begitu tegang. Hehe.. tapi sekarang saya jadi sadar, seumpama dulu saya dibiarkan berleha-leha, mungkinsekarang keteran belajar membaca al-qur’an. Jadi, untuk para orang tua ataupun calon ayah, calon ibu, biasakan anak-anak belajar membaca al-quran dari mulai usia dini. Lebih cepat mudengnya ketika masih kecil sudah belajar membaca al-quran. Syukur-syukur juga dengan menghafal al-qur’an dan mentadaburi maknanya. Menurut saya, akan lebih baik jika pengajaran al-qur’an dilakukan oleh orang tua sendiri, terutama ibu. Tetapi misalkan itu sulit, bisa diikutkan ke TPQ. Lebih baik jika dua-duanya. Di TPQ iya, terus di rumah juga diingatkan lagi. Orang tua juga tidak hanya bersikeras menyuruh anaknya untuk membaca al-qur’an tapi bersama-sama saling menyemangati. Kan indah seumpama satu keluarga saling mengecek hafalan, ngecek bacaan. Kan ketenangan, kebahagiaan itu letaknya di hati, dan Alloh SWT adalah penguasa hati kita, pemilik hati kita.

Hari merdeka

gambar dari: bupdar.go.id

Menurut para sejarawan, 17 Agustus 1945 ada di bulan Ramadhan. Saya kurang tahu pasti, karena saya sendiri tidak mengalaminya. Hehe.. kalau ndak salah berarti sudah 2 kali ramadhan saya alami, yang didalamnya ada hari kemerdekaan negara kita tercinta. Bulan Agustus menjadi seperti bulan nasionalisme bagi bangsa Indonesia. Di tanggal 1 Agustus saja saya sudah melihat pedagang bendera merah putih di pinggir jalan, yang biasanya tidak kita dapati di hari-hari biasa. Bolehlah, itu dianggap sebagai pertanda nasionalisme. Berarti banyak orang yang membeli bendera di bulan Agustus. Dan permintaan meningkat maka banyak penjual. Otak dagang. Hehe.. Kalau kita melihat sejarah, bangsa Indonesia dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, dan 3,5 tahun oleh Jepang. Sebentar, saya lebih suka meminjam istilah-nya mbah sujiwo tedjo, kita selama 3,5 abad tidak sedang dijajah, tapi sedang berjuang, dan belum berhasil mengusir penjajah. Setidaknya ini lebih enak didengar. Dan menambah spirit perjuangan untuk kita. Saya sebenarnya penasaran dengan kondisi yang saat itu terjadi. Apa sebenarnya yang terjadi secara detail saat itu. Hmm sepertinya saya harus segera membaca buku api sejarah. Karena buku-buku sejarah yang sekarang Continue reading